JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat pada perdagangan Rabu, 19 November 2025. Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.06 WIB, rupiah tercatat naik 0,04% ke level Rp16.745 per dolar AS.
Penguatan rupiah ini sejalan dengan kondisi mata uang Asia yang bervariasi pada awal perdagangan hari ini. Peso Filipina menguat 0,12%, rupee India naik 0,03%, dan ringgit Malaysia bertambah 0,25%.
Sebaliknya, beberapa mata uang utama Asia mengalami pelemahan. Dolar Hong Kong turun 0,08%, dolar Singapura melemah 0,06%, dolar Taiwan turun 0,06%, won Korea Selatan turun 0,24%, dan yuan China melemah 0,05%.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama mencatat kenaikan 0,09% ke level 99,63. Kondisi ini menunjukkan dolar tetap menjadi aset safe haven bagi investor di tengah gejolak pasar global.
Faktor Global Pengaruhi Pergerakan Rupiah
Stabilitas dolar AS terjadi bersamaan dengan aksi jual global di pasar saham yang berlangsung beberapa hari terakhir. Investor mulai mencari perlindungan di aset safe haven, termasuk obligasi Treasury AS, untuk meminimalkan risiko volatilitas pasar.
Indeks dolar sempat tercatat di level 99,594, mendekati titik tertinggi satu minggu. Lonjakan ini dipicu oleh tingginya permintaan terhadap obligasi Treasury AS, yang menjadi indikasi kepercayaan investor pada keamanan aset negara tersebut.
Di sisi lain, pasar ekuitas global turut mengalami tekanan. S&P 500 melemah empat hari berturut-turut karena kekhawatiran investor terhadap valuasi saham berbasis kecerdasan buatan (AI).
Data klaim pengangguran awal yang dirilis pada Selasa menunjukkan peningkatan jumlah warga Amerika yang menerima tunjangan pengangguran. Lonjakan ini menambah kekhawatiran pasar terkait ketahanan pasar tenaga kerja Amerika Serikat.
Ekspektasi Pelonggaran Moneter AS dan Dampaknya
Pasar sedikit menaruh ekspektasi terhadap kemungkinan pelonggaran moneter oleh Federal Reserve pada pertemuan berikutnya. Namun, ketidakpastian masih tinggi karena adanya perpecahan internal bank sentral terkait langkah suku bunga yang harus diambil.
Probabilitas tersirat untuk pemotongan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan 10 Desember tercatat sebesar 46,6%. Angka ini meningkat dibandingkan peluang 42,4% pada hari sebelumnya, menurut alat FedWatch dari CME Group.
Presiden Federal Reserve Richmond, Thomas Barkin, menyatakan harapannya bahwa wawancara dan diskusi internal akan memperjelas arah perekonomian. Rekan-rekannya terbagi antara memotong suku bunga untuk melindungi pasar kerja atau mempertahankan suku bunga untuk mencegah inflasi meningkat.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump kembali mengkritik Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengungkapkan bahwa Trump akan bertemu dengan daftar calon Ketua Fed berikutnya dan kemungkinan mengumumkan pilihannya sebelum Natal.
Secara keseluruhan, rupiah mengawali perdagangan hari ini dengan penguatan tipis. Investor menaruh perhatian pada kondisi pasar global dan kebijakan moneter AS sebagai faktor penentu pergerakan mata uang domestik.
Kondisi ini menunjukkan adanya dinamika positif bagi rupiah meski masih terpengaruh oleh sentimen eksternal. Investor di Asia cenderung memanfaatkan momentum ini untuk menyeimbangkan portofolio antara aset berisiko dan aset safe haven.